Kesehatan Jiwa
MENUMBUHKAN KESEHATAN JIWA TANGGUNG JAWAB INDIVIDU
(Dalam Pandangan Islam & Ilmu Jiwa)
Kesehatan jiwa tidak di berikan kepada seseorang kecuali dari hasil usaha dan kesungguhannya dalam bekerja yang berkaitandengan Tuhannya dan kesucian jiwanya dan menumbuhkan raganya juga memelihara kehidupannya dan menguatkan hubungannya dengan manusia.
Maka setiap individu yang akil baligh bertanggung jawab terhadap petumbuhan kesehatan jiwanya,menambahkannya dan memeliharanya. Sebagaimana firman Allah dalam al-Qur’an : Sesungguhnya telah beruntung orang yang mensucikan dirinya.
Maka pensucian diri merupakan gadaian keinginan pemiliknya dan hasil usahanya juga buah pekerjaannya dan tidak ada sesuatu yang dapat memberikanmu ketengan (sebagaimana di katakana Helen kylr) kecuali dirimu sendiri dan tidak ada yang memberimu kebahagiaan kecuali kamu sendiri.maka kebahagiaan seseorang terpancar dari dalam dirinya bukan dating dari luar dirinya.
Dan kami telah diskusikan pada makalah yang lalu tentang pemahaman kebahagiaan dalam kesehatan jiwa dan kami jelaskan hubungannya dengan etika yang baik.dan cakupan makalah ini bagaimana seseorang mewujudkan kebahagiaannya dari celah kesungguhannya dalam perbaikan akhlak pada aspek badan ,jiwa, social dan ruh maka dengan itu akan menjasi sehat jiwanya dan tumbuh dan bertambah.
Dan kami akan diskusikan pencapaian kebahagiaan dan usaha perbaikan moral dan kami utarakan pemikiran dan perasaan tulus dan optomisme sabar,cinta, pemaaf dan kejujuran dan kesungguhan dalam melakukan kewajiban,meninggalkan penyelewengan,kesungguhan jiwa dan di latih untuk ikhlas dalam melakukan kewajiban.
Dan intropeksi diri atas segalaperbuatan juga meringankan perasaan berdosa ketika bersalah dengan taubat yang sesungguhnya .
Maka inilah pemikiran dan perasaan hasil dari peraktik jiwa yangmembangkitkan perangkan kekebalan jiwa dan raga yang menjadikan seseorang merasa sehat dan bahagia dan melindungi dia dari segala penyakit dan penyelewengan.
PENCAPAIAN KEBAHAGIAAN.
Ada perbedaan pandangan antara ahli filsafat dan ilmu jiwa (psychology)kuno dan modern tentang esensi kebahagiaan dan cara pencapaiannya .Plato menilai keutamaan jiwa adalah: hikmah, keberanian, kehormatan dan keadilan.maka kebahagiaan terbesar ada pada jiwaitu sendiri.
Dia tidak akan merasakan kebahagiaan dalam kehidupan di dunia selagi ada di badannya segala kotoran ,kepentingan dan kebutuhannya.maka apabila di pisahkan oleh kematian jauh dari kebodohan danmenjadi suci juga menerima cahaya Ilahi.
Dengan ini bahwa seseorang tidak mendapat kebahagiaan sempurna kecuali apabila dirinya kembali kealam yang ideal( alam baqo) yang di nikmatinya dengan ilmu dan pengatahuan. ( Ibnu Maskawih ).
Adapun aresto berpandangan bahwa kebahagiaan merupan karunia Allah yang terbentuk dari lima dimensi:
1. Sehat badan dan sempurna indra
2. Pencapaian kekayaan dan baik penggunaannya
3. Sukses dalam bekerja dan terwujudnya segala ambisi
4. sempurna akal jernih dalam berpikir dan benarnya keyakinan
5. kewibawaan dan mendapat sanjungan dan kebaikan dari manusia
Dan Aresto membagi kebahagiaan kepada empat tingkatan:
1. kebahagiaan jiwa dan raga untuk mencapai kenikmatan indra
2. kebahagiaan jiwa dan raga untuk mencapai kenikmatan selain indra
3. kebahagiaan di dapati dari ilmu dan pengatahuan
4. paling utama kebahagiaan di dapati dari berbuat baik
Dan pada masa Islam para ulama Islam telah peduli dengan esensi kebahagiaan dan bagaimana manusia menjadi bahagia di dunia dan di akhirat , mereka mengungkapkan :harus terujudnya keseimbangan antara tuntutan jiwa dan raga dan antara tuntutan individu dan kelompok. Dan ini tidak ter realisasi kecuali apabila seseorang mengerjakan sesuatu untuk meujudkan segala tujuan yang di perintahkan sang Kholik yaitu beribadah kepadaNya dan memakmurkan bumi.
Seseorang tidak mampu untuk bangkit dengan sendirinya melainkan bangkit bersama manusia yang lain,maka kebahagiaan individu berkaitan dengan manusia sekelilingnya,dan terdoronguntuk bekerjasama dengan mereka untuk meujudkan kesempurnaan kemanusiaan.
Komentar
Posting Komentar